Powered By Blogger

Jumat, 09 Agustus 2013

TERATAI DANAU MAKALEHI (Puisi Iverdixon Tinungki)

Bila hamparan teratai ini begitu indah
mungkinkah surga berwarna jingga
memantulkan gema gelombang danau
ke rimbun dedaunan kapuk sebentar lagi lapuk

Bunga bunga dan daun akan susut
seperti hidup punya waktu lisut
yang terhampar abadi bagai surga
adalah warna kenangan melampaui usia

Sejak dulu orang pulau menitipkan penat keringat disini
sesekali membasuh pedih hingga akar teratai menjadi gemuk
oleh kisah saman dipenuhi sayatan, luka lalu, kini dan masa depan
mungkin sudah sedemikian dalam tergenang
hingga teratai menawarkan pemandangan makam

Dalam sejarahnya danau ini mungkin kumpulan air mata turun dari puncak Sanggelawo dan delapan puncak
mitos laga Onding menyergap bajak laut
burung kemba piawai mengintai ikan
tak lupa meniti cabang cabang sejarah
bersurai bagai lelaki rentah

Aku mendengar sayup dengus nafas berkecamuk
orang orang ini, terbata bata berjalan mengelilingi danau
sambil melihat teratai tumbuh bagai selendang
terjurai di kaki abad yang selalu mengenakan jubah hitam

Pepohonan yang tegak pun kedinginan
menyaksikan air danau sebegitu tua menyimpan tangisan.

3 komentar:

  1. aku lht kmrin danaunya uda kotor yh une

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin karena pesta demokrasi yang baru usai, sehingga urusan perawatan danau belum lagi menjadi fokus masyarakat.

      Hapus
  2. aku ama keluarga bln 1 di kampung une,so blm pesta pilbut tuh hehe

    BalasHapus